More about P3H

Foto saya
Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia
Pusat Pengembangan Pelayanan Holistik (P3H), adalah sebuah forum bersama milik 6 sinode anggota Reformed Ecumenical Church (REC) yang berkantor di Salatiga. Anggota P3H antara lain : Gereja Kristen Jawa (GKJ), Sinode Gereja Kristen Indonesia Sinwil Jateng (GKI Sinwil Jateng), Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS), Gereja Toraja (GT), Gereja Toraja Mamasa (GTM) dan Gereja Kristen Sumba (GKS). Melalui media online ini, kami berharap kegiatan P3H sebagai forum bersama milik gereja, dapat dibaca lebih luas dan lebih cepat, khususnya bagi pembaca yang dapat mengaskes internet. Kami berharap masukan dan saran dapat diberikan kepada Buletin Holistik, demi perbaikan buletin Holistik serta tampilannya secara online ini. Selamat membaca.

Jumat, 27 Februari 2009

Edisi IV/Mei/2003

SALAM





Baru saja kita merayakan Paskah. Namun Paskah tahun ini dicemari oleh serangan Amerika Serikat terhadap Irak. Kematian Yesus pada Jumat Agung ternyata pada tahun ini disertai dengan kematian begitu banyak manusia di Irak akibat ledakan senjata canggih yang ditembakkan dari senjata tentara AS dan sekutunya ke Irak. Kematian dan penderitraan Yesus membawa keselamatan kepada seluruh ciptaan, apakah kematian dan penderitaan rakyat Irak akan membawa perbaikan pada rakyat Irak? Entahlah! Kematian begitu banyak manusia, disebabkan oleh perang, kelaparan, penindasan, bencana alam (yang dalam banyak kasus adalah buatan manusia), mendatangkan keprihatinan dan empati kita. Tak putus-putusnya kita berdoa untuk perdamaian dan kesejahteraan dunia, tapi toh yang kita lihat adalah peperangan, konflik, penindasan dan kelaparan. Di sinilah peran gereja dan semua lembaga Kristen diperlukan agar dunia yang damai dan sejahtera dalam segala bidang, seperti yang diinginkan oleh Tuhan, dapat terwujud.
Perhatian gereja terhadap penderitaan dan kehancuran ciptaan tidak dapat lagi dilihat sebagai bukan tugas gereja. Dunia yang semula baik dan sejahtera perlu diusahakan oleh gereja di dalam pelayanannya. Untuk itu dalam terbitan edisi ini dan secara bersambung Holistik memuat tulisan tentang Teologi Penciptaan. Tulisan ini diharapkan menjadi salah satu masukan teologis dalam pelayanan holistik kita.
Pada kesempatan ini, kami juga ingin menyampaikan selamat datang kepada Dewi Yuliyanti yang sejak 15 Maret 2003 menjadi Asisten Dirlak P3H. Sejak hari pertama mejanya sudah dipenuhi oleh pekerjaan. Kiranya kehadirannya akan memperlancar kegiatan P3H di masa mendatang.
Selamat Paskah!! Yesus sudah bangkit!

-------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL DEPAN


MENENGOK DAPUR P3H


Aktivitas P3H sebagai forum kerjasama antar Sinode gereja-gereja anggota REC di Indonesia dan CRWRC Indonesia sudah mulai nampak dan seturut dengan cita-cita awalnya. Sungguh membahagiakan saat melihat keberadaan P3H begitu diterima oleh semua anggota sekaligus pendirinya. Bahkan yang lebih menarik adalah bahwa sinode anggota mulai mengundang dan melibatkan P3H untuk ikut dalam mengembangkan pelayanan holistik gereja.
Dengan diterimanya P3H dalam kegiatan pelayanan gereja, meningkat pula aktivitas kerjanya. Kegiatan-kegiatan seperti pelatihan dan penelitian MED, penerbitan buletin, penyusunan bahan PA perkunjungan ke sinode anggota dan mencari-cari informasi lembaga donor yang bisa membantu anggota P3H, menulis dan menerjemahkan proposal menjadi menu utama kegiatan P3H hingga saat ini. Begitu penuhnya agenda kegiatan P3H sehingga terkadang waktu sehari seakan tidak cukup untuk mengerjakan dan menyelesaikan segala sesuatu sesuai yang direncanakan. Namun demikian, sejauh ini semua hal yang direncanakan bersama dan menjadi agenda kegiatan P3H bersama dengan anggotanya dapat berjalan dengan cukup baik dan lancar.
Memperhatikan begitu banyaknya aktivitas P3H, mungkin kita tidak akan percaya bahwa semuanya itu dikerjakan segelintir orang saja yang bekerja dengan sukarela. Ada juga orang yang menduga bahwa para pengurus P3H mendapatkan penghasilan dari kesertaan mereka dalam P3H. Dewan Pengurus bekerja dengan sukarela untuk mengadakan rapat, menyusun anggaran, mengkoordinasi setiap kegiatan, bahkan melakukan perkunjungan ke sinode disela-sela kesibukan melakukan aktivitas keseharian mereka. Akibatnya adalah sulit mencari waktu untuk pertemuan di antara pengurus. Kegiatan-kegiatan tehnis seperti penerbitan buletin dan distribusinya, serta administrasi P3H dilakukan oleh staf CRWRC juga secara sukarela. Mereka ini yang mengawal dapur P3H. Hingga saat ini yang ada di dapur P3H setiap hari adalah Nick Armstrong, Iskandar Saher, Monika Rum Mahanani (sejak pertengahan Maret ditambah Dewi Yuliyanti). Terkadang juga, beberapa kegiatan rutin harus disesuaikan dengan prioritas kerja CRWRC, sehingga dalam keadaan tertentu kegiatan P3H ditunda untuk menyelesaikan kegiatan CRWRC.
Mengapa selama ini P3H melakukan semuanya dengan sukacita? Mungkin hal ini sering dipertanyakan; tetapi inilah wujud nyata cita-cita P3H sejak awalnya yaitu untuk mendorong dan memperlengkapi anggotanya agar dapat mengembangkan pelayanan yang holistik kepada seluruh ciptaan melalui kegiatan dan usaha-usaha jemaat. P3H tidak perlu menjadi besar, cukup kalau gereja-gereja dapat menjadi besar sehingga dapat melayani masyarakatnya. Kami merasa puas dan berbahagia kalau bisa melakukan sesuatu untuk masyarakat.Kerinduan anggota P3H sejak awal untuk mewujudkan pelayanan yang holistik itulah yang menjadi pendorong pengurus untuk selalu konsisten dengan cita-cita bersama P3H tersebut. Para anggota pengurus ini juga sanget bersemangat dalam melakukan tugasnya. Karena itu seringkali Pak Bambang Muljatno atau Pak G.G.Raru menelepon ke Salatiga untuk mendorong kami. Tapi kadangkala mereka juga kecele karena yang ditelepon semua sedang ada di lapangan. Semoga dari dapur P3H yang kecil di Salatiga, dan dengan perlengkapan yang seadanya dapat bermanfaat bagi Kerajaan Allah dan dapat melayani anggota P3H. (Monika Rum Mahanani)

-------------------------------------------------------------------------------------------------ARTIKEL LEPAS

TEOLOGI PENCIPTAAN
Iskandar Saher

Catatan Pengantar:
Tulisan ini pada dasarnya adalah ringkasan dari buku karangan Albert Wolters,Creation Regained; A transforming view of the woprld, yang diterbitkan pada tahun 1985 oleh Wm.B. Eerdmans Publishing Co, dan kemudian dicetak ulang beberapa kali. Buku ini sudah diterjemahkan dalam beberapa bahasa. Terakhir saya bertemu penulisnya pada 3-4 Januari 2003, Al mengatakan bahwa buku ini sekarang sedang diterjemakan ke dalam bahasa Arab.

PENDAHULUAN
Pada umumnya orang Kristen mengakui bahwa Tuhan adalah Pencipta sekaligus penguasa ciptaan yang telah Ia ciptakan itu. Tuhan yang sama pula yang berkuasa menyelamatkan seluruh ciptaan yang telah jatuh kedalam dosa. Namun pada kenyataannya banyak orang yang membatasi kekuasaan Tuhan terhadap ciptaan itu. Kalau kita tanyakan kepada orang Kristen, “Apa saja yang diciptakan Tuhan?” maka jawabnya adalah benda-benda (baik yang hidup: misalnya manusia dan hewan, maupun benda mati: seperti matahari, bulan, udara, air, dll); padahal ciptaan Tuhan itu jauh lebih luas dari itu. Pandangan tentang ciptaan seperti ini hanya terbatas pada realitas fisik. Seandainya yang diciptakan oleh Tuhan hanya realitas fisik, maka pertanyaan berikutnya adalah “Bagaimana hubungan antar benda itu diatur?” Bagaimana hubungan antara manusia dengan tumbuhan, misalnya. Apakah Tuhan pada saat menciptakan benda-benda itu hanya seperti tukang jam yang membuat jarum panjang, jarum pendek, plat yang berisi angka 1 sampai 12, per, dll, tanpa menentukan bagaimana hubungan antara per dengan jarum panjang, jarum panjang dengan jarum pendek dst? Kalau tidak, maka siapa yang mengatur hubungannya? Apakah hubungan itu terjadi dengan sendirinya? Siapa pula yang merakit benda-benda itu menjadi jam?
Karena pemahaman yang seperti ini, maka pandangan kita terhadap dampak dosa dan penyelamatan juga menjadi terbatas hanya pada aspek tertentu dari ciptaan itu. Misalnya kalau kita berbicara tentang penyelamatan, maka kita percaya bahwa Tuhan hanya menyelamatkan manusia. Yang diselamatkan dari manusia itupun hanya “jiwa”nya saja. Selain itu, ada pula kelompok yang melihat bahwa ciptaan Tuhan yang ada sekarang ini sebagai sesuatu yang tidak berharga, bahkan jahat, dan karena itu perlu dijauhi dan bahkan dimusuhi. Oleh sebab itu ada orang Krisen yang tidak peduli pada dunia ini. Ada pula kelompok yang secara ekstrem melihat bahwa semakin cepat dunia ini hancur, semakin baik, sebab semakin cepat pula Kedatangan Yesus yang Kedua terjadi. Orang yang seperti ini bisa saja secara sengaja menghancurkan alam dengan harapan agar kiamat segera datang dan jiwanya masuk surga.
Tulisan ini adalah suatu usaha untuk memahami tentang ciptaan Tuhan dan hubungannya dengan kuasa dosa dan penyelamatan Tuhan. Fokus utama dari tulisan ini adalah ciptaan, karena itu saya beri judul “Teologi Penciptaan.”

Firman Tuhan di dalam Ciptaan
Kalimat pertama dalam cerita penciptaan, yang juga menjadi kalimat pertama dalam Alkitab, adalah: “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Di kalangan orang yang belajar teologi, cara penciptaan ini dikenal dengan nama: “creatio ex nihilo” yaitu penciptaan yang dilakukan dari ketiadaan. Dengan kata lain, Allah menciptakan langit dan bumi tanpa bahan dasar; Ia menciptakan dari tiada menjadi ada. Namun yang sering dilupakan adalah bahwa creatio ex nihilo ini hanya dilakukan sekali itu saja, sedangkan yang dilakukan berikutnya tidak lagi dalam arti creatio ex nihilo.
Penciptaan yang dilakukan Allah dalam enam hari bukan lagi tanpa bahan, sehingga Wolters menyebutnya creatio secunda, bukan lagi creatio ex nihilo (walaupun Wolters sendiri mengakui sulit memisahkan keduanya ini). Pada saat Tuhan melakukan penciptaan selama enam hari sudah ada langit dan bumi, tapi belum berbentuk, kosong dan gelap gulita. Untuk memberi bentuk, mengisi dan membuat terang, Tuhan berfirman. Firman yang diucapkan Tuhan ini adalah untuk memberikan struktur terhadap semua ciptaan, dan struktur dalam hubungan antar ciptaan.
Pada saat Tuhan berfirman: “Jadilah terang” pada dasarnya itu adalah firman untuk menciptakan struktur terang, sehingga dengan adanya struktur itu maka terciptalah terang. Terang ini berbeda dari gelap, karena struktur terang berbeda daripada struktur gelap. Begitu juga pada saat Allah memisahkan air dan daratan dengan firmanNya, maka firman itu menciptakan struktur yang berbeda antara daratan dengan air, sehingga keduanya dapat dibedakan. Seandainya Alkitab menceritakan Tuhan menciptakan kuda dan harimau, maka itu juga terjadi karena Allah menciptakan struktur untuk kuda yang berbeda daripada struktur harimau, sehingga kuda dan harimau berbeda satu sama lain, dan kita dapat membedakannya. Jadi struktur di dalam setiap ciptaan ini pada dasarnya membuat setiap benda itu berbentuk, unik dan berbeda satu daripada lainnya. Wolters menyebut ini sebagai “struktur ciptaan.”
Selain adanya struktur ciptaan ada pula struktur antar ciptaan. Struktur antar ciptaan adalah struktur yang diciptakan Tuhan untuk mengatur hubungan di antara sesama ciptaan. Misalnya Tuhan menciptakan tumbuh-tumbuhan di bumi, bukan di udara. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara bumi/tanah dengan tumbuhan. Struktur hubungan ini tidak tercipta dengan sendirinya, melainkan diciptakan oleh Allah, sehingga tumbuhan itu tumbuh di tanah karena ada hubungan tertentu antara keduanya. Begitu juga hubungan antara tumbuhan dengan manusia. Tumbuhan menghasilkan O2 yang diperlukan oleh manusia untuk bernafas, sedangkan manusia menghasilkan CO2 yang diperlukan oleh tumbuhan. Atau, benda yang mempunyai berat akan selalu jatuh ke bumi, karena adanya struktur hubungan antara benda dengan bumi. Semua ini termasuk dalam struktur hubungan antar ciptaan yang juga diciptakan oleh Tuhan. Wolters menyebut struktur ini sebagai “hukum.”
Dalam dunia ilmu pengetahuan, struktur hubungan antar benda ini dikenal sebagai hukum alam. Wolters melihat bahwa hukum alam ini sebagai salah satu yang diciptakan oleh Tuhan, bukan tercipta dengan sendirinya. Struktur ini diciptakan oleh Tuhan dalam enam hari penciptaan itu.
Selain struktur hubungan antar ciptaan Tuhan juga menciptakan struktur hubungan antar manusia yang disebutnya sebagai “norma.” Norma ini di dalam bahasa Alkitab digambarkan dengan firman agar manusia “beranak cucu,” “bertambah banyak,” “memenuhi dan menaklukkan bumi,” “berkuasa atas hewan dan tumbuhan,” dan “menjadi penolong.” Norma ini hanya diberikan kepada manusia. Ada norma untuk beranak cucu, untuk memenuhi dan menaklukkan bumi dan untuk menjadi penolong bagi sesama.
Manusia selain terikat kepada norma ini dia juga tunduk pada struktur hubungan antar benda, sebab ia sama dengan ciptaan lainnya. Misalnya manusia harus tunduk pada strukrtur hubungan antara manusia dengan tumbuhan dan dalam hubungannya dengan bumi. Karena itu manusia juga tunduk pada hukum bahwa ia mendapatkan O2 dari tumbuhan dan menghasilkan CO2 untuk tumbuhan dan hukum gaya gravitasi, sehingga manusia tidak bisa lain akan tertarik jatuh ke bumi, sama dengan batu atau dedaunan.
Dari pemahaman ini, maka manusia tunduk pada hukum dan norma. Ketundukan kepada hukum tidak bisa ditolak atau dihindari, sedangkan ketundukannya pada norma bisa ditolak atau dihindari. Misalnya, manusia kalau berada di tempat ketinggian pasti jatuh ke bawah (ketaatan pada hukum; dalam hal ini gaya gravitasi), tetapi manusia dapat menolak beranak cucu, menolak berkuasa atas hewan dan tumbuhan, dan menolak menjadi penolong bagi sesama (ketaatan pada norma). Hal ini terjadi karena pada satu pihak manusia itu sama dengan ciptaan-ciptaan lainnya -–dalam hakekat kebendaannya--, tetapi pada pihak lain ia berbeda dari ciptaan-ciptaan lainnya. Namun ciptaan lain tidak harus tunduk pada norma.
Baik hukum maupun norma diciptakan oleh Tuhan dengan firmanNya. Ini berarti bahwa karena ada firman Tuhan maka ciptaan tercipta dan struktur terbentuk. Firman yang ada di dalam setiap benda dan strukturnya ini menjadi hukum ciptaan yang diletakkan oleh Tuhan di dalam setiap ciptaan. Firman yang ada di dalam ciptaan ini sama dengan firman yang harus ditaati oleh ciptaan setiap saat Tuhan berfirman. Misalnya dalam Maz. 147:18 dikatakan: “Ia menyampaikan firmanNya, lalu mencairkan semuanya, Ia meniupkan anginNya, maka air mengalir” atau Maz. 148:7-8 “Pujilah Tuhan di bumi, hai ular-ular naga dan segenap samudera raya; hai api dan hujan es, salju dan kabut, angin badai yang melakukan firmanNya.” Semua ciptaan taat pada firman Tuhan yang diucapkanNya pada saat tertentu; misalnya membuat angin bertiup. Angin itu bertiup pada suatu saat tertentu dan tempat tertentu karena ada Tuhan berfirman pada saat itu memerintahkan agar angin bertiup. Selain itu ciptaan juga harus taat pada firman yang sudah ditempatkan oleh Tuhan di dalam setiap ciptaan, yaitu struktur dalam setiap ciptaan. Misalnya ada firman Tuhan yang ditetapkan secara permanen bahwa sapi selalu berkaki empat, sehingga setiap kali anak sapi lahir normal akan berkaki empat. Manusia yang hidup di tengah sesamanya agar dapat hidup secara manusiawi maka selayaknya saling menolong. Ini semua adalah firman Tuhan yang ditetapkanNya pada saat penciptaan dan yang disampaikanNya pada saat tertentu.
Firman Tuhan yang seperti ini bisa ditemukan oleh manusia. Pertama firman itu ditemukan melalui Yesus yang sekarang ini kita ketahui melalui Alkitab. Namun manusia juga bisa menemukan firman itu melalui struktur ciptaan yang ditetapkan oleh Tuhan. Misalnya Yes. 28:23-29 menggambarkan bahwa para petani bisa menemukan firman Tuhan melalui pekerjaannya bertani. Yesaya mengatakan bahwa para petani tidak setiap hari membajak, mencangkul dan menyisir tanahnya untuk ditanami, tetapi menunggu musim tanam. Sebelum menanam jintan, gandum dan jelai, mereka juga meratakan tanahnya lebih dahulu, tidak asal tanam. Pada saat panen mereka juga tidak mengirik (melepaskan bulir dari tangkai) jintan dengan pengirikan atau memakai roda gerobak seperti mengirik gandum, tapi cukup dengan cara memukul-mukulnya dengan galah atau tongkat. Gandum waktu diirik tidak sampai hancur sampai menjadi tepung, tapi cukup sampai bulirnya lepas dari tangkai. Semua pengetahuan tentang menanam dan mengirik ini tidak didapatkan dari firman Tuhan yang diucapkannya langsung atau melalui Alkitab. Pengetahuan mengenai hal ini didapatkan melalui interaksi mereka dengan alam. Tetapi, Yesaya mengatakan: “Dan inipun datangnya dari TUHAN semesta alam;.....” (ay. 29). Ini berarti pengetahuan tentang ciptaan yang didapatkan oleh manusia dalam interaksinya dengan ciptaan, sama nilainya dengan pengetahuan yang datang dari Tuhan. Bahkan Yesaya di sini lebih tegas mengatakan bahwa pengetahuan ini datangnya dari Tuhan. Jadi, kalau manusia menemukan kebenaran dari struktur ciptaan sama dengan menemukan firman Tuhan, karena itu berasal dari Tuhan.
Walaupun Tuhan sudah menetapkan firmanNya dalam setiap ciptaan, dan Ia sudah menyelesaikan enam hari pekerjaanNya, proses penciptaan masih belum berakhir. Masih ada satu tahapan penciptaan lagi yang masih berlangsung hingga saat ini, yang disebut oleh Wolters sebagai creatio tertia.
Tuhan menetapkan gambar dan rupaNya di tengah ciptaan, yaitu pada manusia untuk melanjutkan karya penciptaan ini. Manusia yang diciptakan segambar denganNya diberi mandat untuk memenuhi bumi dan menaklukkannya. Mandat ini pada dasarnya adalah mandat untuk mengungkap dan menemukan firman Tuhan yang ada di dalam ciptaan dan mengembangkan potensi yang sudah diciptakan oleh Tuhan di dalam setiap ciptaan. Pada saat diciptakan ada potensi yang diberikan oleh Tuhan di dalam setiap ciptaan. Misalnya potensi untuk bertumbuh secara fisik bagi benda-benda hidup, juga potensi bertumbuh secara spiritual dan emosional bagi manusia. Untuk benda-benda mati juga ada potensi untuk dimanfaatkan bagi kehidupan yang sejahtera. Begitu juga dengan struktur, dapat dikembangkan ke arah pemuliaan Tuhan. Alkitab menyimbolkan pengembangan potensi ciptaan ini dengan gambaran bahwa pada saat diciptakan Tuhan menciptakan taman (Kej. 2), tetapi pada akhirnya menjadi kota (Wah. 21). Gambaran ini bermakna simbolis yaitu ciptaan yang diciptakan Allah itu akan berkembang potensinya menjadi sesuatu yang lain. Ciptaan yang diciptakan oleh Tuhan adalah ciptaan yang dinamis, karena di dalamnya ada potensi untuk berkembang.
Dalam rangka pengembangan potensi ini Tuhan memberikan mandat kepada manusia untuk bertindak sebagai wakilNya. Ini dilakukan oleh manusia melalui kegiatan mengungkap dan menemukan firman Tuhan di dalam ciptaan, memberikan kesempatan yang luas kepada seluruh ciptaan untuk berkembang sesuai dengan potensinya, dan menciptakan berbagai peluang sehingga semua potensi yang ada dalam ciptaan itu dapat bermanfaat bagi kesejahteraan seluruh ciptaan. Peran manusia dalam pengembangan potensi ciptaan ini disebut oleh Wolters sebagai creatio tertia. Peran yang seperti ini adalah juga peran “mencipta” dengan mendayagunakan yang sudah diciptakan oleh Tuhan.Dari semua cerita tentang penciptaan ini terlihat bahwa ciptaan itu pada saat diciptakan baik keadaannya. Berita tentang ciptaan yang baik ini diulang berkali-kali dalam kitab Kejadian. Kalimat yang diulang-ulang adalah “Allah melihat bahwa semuanya itu baik.” Bahkan juga dikatakan “amat baik.” Berita ini mengingatkan bahwa kita tidak bisa menolak dan menjauhi ciptaan. Pada masa gereja mula-mula hadir pengaruh Gnostik yang melihat ciptaan sebagai sesuatu yang jahat dan harus dijauhi. Pengaruh ini merasuk cukup jauh dalam kehidupan gereja. Tetapi dari pandangan Allah, seperti yang disaksikan oleh Alkitab, Allah melihat ciptaan ini baik, yang perlu dikelola, bukan dijauhi. Tugas manusia adalah untuk menjaga yang baik ini agar tetap baik, dan bahkan dapat berkembang sesuai dengan potensi yang ada padanya. (BERSAMBUNG)

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------AKTIVITAS KITA

1. Kunjungan ke GTM dan GT
Pada bulan November 2002 P3H mengadakan perkunjungan ke Gereja Toraja Mamasa dan Gereja Toraja. Dalam kunjungan ini dari P3H adalah Pdt. G.G. Raru, Pdt. Bambang Muljatno, Nick Armstrong, Pdt. Untung Wijayaputra, dan Iskandar Saher.
Pertemuan dengan GTM diadakan pada tgl. 19 November 2003 di Mamasa. Dari pihak GTM hadir pimpinan Sinode dan wakil dari Yayasan Tallubulina, Yayasan Parpem,Yayasan Pendidikan, danYayasan Kesehatan. Dari pertemuan ini disepakati bahwa P3H akam memfasilitasi pembuatan Rencana Induk Pengembangan GTM pada bulan Juli 2003.
Pertemuan dengan GT diadakan di Rantepao pada tgl. 21 November 2002. Selain Pimpinan GT, hadir juga wakil dari P3H GT dan Yayasan Tallulolona. Pihak P3H dan GT sepakat dalam pelayanan bersama P3H akan memfokuskan pada kegiatan pemberdayaan ekonomi di Tana Toraja dan pembinaan generasi muda dengan pendekatan holistik. Pihak P3H bersama dengan Ketua III GT, Prof Dr. Daud Malamasang, akan membuat perencanaannya.

2. Pertemuan dengan GKS
Pada bulan februari 2003 Dirlak mengadakan kunjungan ke GKS Sumba sebagai tindak lanjut pertemuan dengan Klaas Aikes (Program officer Asia-Pacific Desk Uniting Protestant Churches in the Netherlands) di Jogjakarta. Dari pertemuan ini adalah untuk merencanakan pertemuan antara GKS dengan utusan UPC Netherlands dalam rangka pembuatan Rencana hubungan GKS dengan UPC kedepan. Pihak GKS sudah siap dengan rencana pertemuan ini yang semula direncanakan diadakan di Lewa, Sumba, pada tgl. 8 – 10 April 2003, tetapi terpaksa diundur menjadi tgl. 3 – 5 Juni 2003, karena Klaas Aikes merasa kurang aman untuk mengadakan perjalanan ke Indonesia pada saat serangan Amerika Serikat ke Irak.
Selain rencana pertemuan ini, Gereja Reformed Australia (Reformed Church of Australia – CRCA) juga berencana akan melakukan kunjungan ke GKS untuk melihat kemungkinan pelayanan bersama di Sumba di masa depan. Bert Kuipers, sebagai wakil dari CRCA rencananya akan berkunjung ke Sumba setelah pertemuan GKS dengan UPC.

3. Program Micro Finance dengan YKPS
Selama ini Yayasan Kuda Putih Sejahtera (YKPS), sebuah yayasan di bawah GKS sudah melakukan pemberdayaan ekonomi kepada masyarakat Sumba. Jumlah yang sudah dilayani oleh YKPS adalah 1.500 di Sumba Timur dan 112 di Sumba Barat. YKPS berencana dalam tahun ini akan menambah lagi 300 nasabah di Sumba Barat. Untuk rencana penambahan ini P3H, melalui CRWRC, berusaha mencarikan mitra. Saat ini PCD (Partner for Christian Development) mulai membantu program ini untuk kegiatan selama satu tahun. Selain itu dari CRCA juga sedang dijajagi kemungkinannya untuk ikut serta dalam usaha pengembangan kegiatan KPS.

4. Pembuatan Bahan PA
Pembuatan bahan PA sudah dapat diselesaikan draft akhirnya dan masih menunggu pembahasan oleh Dewan Pengurus Harian P3H. Tim yang mengerjakan bahan PA ini terdiri dari Nick Armstrong, Darma Palekahelu, Jeffry Lempas, Iskandar Saher, dan Dewi Yulianti. Diharapkan bahan ini sudah selesai dicetak pada bulan Juli 2003.
Pekerjaan ini cukup lama tertunda, karena kesibukan masing-masing anggota tim. Pada pihak lain, kesulitan yang cukup besar dalam penggodokan bahan ini adalah mencari batas tingkat kesulitannya, karena bahan ini akan dibagikan pada enam sinode anggota P3H yang anggota jemaatnya sangat beragam. Namun kami bersyukur akhirnya pekerjaan ini dapat selesai.

5. Seleksi Asisten Dirlak
Seperti yang diumumkan melalui buletin Holistik edisi III yang lalu bahwa P3H mencari tenaga asisten Dirlak. Ini adalah tindak lanjut dari keputusan DPH dalam rapatnya di Toraja 22 November 2002 untuk mencari seorang tenaga penuh waktu membantu Dirlak P3H. Dirlak yang ada saat ini sibuk dengan pekerjaannya di CRWRC dan mengusulkan untuk mengundurkan diri, namun ditolak oleh rapat DPH, karena Dirlak diangkat dalam Rapat Umum P3H, sehingga DPH tidak bisa menerima pengunduran diri ini. Jalan tengah yang diambil adalah dengan memberikan Asisten Dirlak untuk menangani pekerjaan P3H.
Hingga batas akhir penerimaan lamaran, terdaftar 30 pelamar. Dari 30 pelamar itu diseleksi 7 orang untuk diwawancarai. Wawancara diadakan pada tgl. 18 Februari 2003 di kantor P3H dengan pewawancara Pdt. Bambang Muljatno (Sekretaris), Nick Armstrong (Bendahara), dan Iskandar Saher (Dirlak). Setelah wawancara dilakukan cek pada pendeta/majelis yang memberikan rekomendasi kepada pelamar. Hasil akhir dari proses ini adalah memilih Dewi Yuliyanti untuk menjadi Asisten Dirlak terhitung sejak tgl. 15 Maret 2003.Dewi Yulianti adalah anggota GKJ Ambarukmo Jogjakarta. Dia adalah alumnus S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Program Studi Komunikasi Massa, lulus 29 Oktober 2002.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

BERBAGI

Menulis dan Memasukkan Proposal
(Bagian III : Selesai)


3. Mengumpulkan Bukti/informasi
Setelah kedua langkah yang dituliskan pada terbitan lalu, kini kita perlu mengumpulkan pertama adalah informasi tentang funding/donor mana yang kira-kira cocok untuk mendukung proyek kita. Apabila kita memasukkan proposal pada lembaga yang salah maka kecil sekali kemungkinan proyek kita akan didukungnya. Informasi tentang lembaga-lembaga donor ini dapat dicari melalui internet atau brosur atau orang yang sudah kenal dengan lembaga tertentu. Pentingnya mengetahui lembaga donor ini selain agar kita tidak salah mengirimkan proposal juga untuk mengetahui kepada siapa kita menyampaikan proposal ini, sehingga kita sedikit paham bagaimana meyakinkannya, tahu apa misi lembaga itu, bidang apa minatnya, apakah itu benar-benar lembaga donor, bagaimana cara memasukkan proposal dan kapan waktu mereka menerima usulan proposal.
Kedua, kita juga perlu bukti tentang apa yang kita sampaikan dalam proposal kita. Misalnya dari mana kita tahu bahwa di desa X memerlukan air bersih? Kalau ada bukti tertulis tentang hal ini, misalnya dokumen dari pemerintah, artikel dll dapat dilampirkan pada proposal sebagai penguat argumentasi kita.

4. Menulis Proposal
Apabila lembaga donor yang menyediakan formulir. Jika ada isilah formulir itu berbekal langkah 1 dan 2. Usahakan hanya memberikan informasi yang diminta, jangan terlalu banyak menjelaskan yang tidak diminta, karena itu dapat membuat pembacanya bosan atau menjebak kita sendiri. Apabila tidak ada formulir ini tulislah dengan format sendiri.
Pada umumnya proposal terdiri dari:
a. Halaman judul : berisi Nama Proyek, Nama Lembaga Donor yang dituju, Nama Lembaga & alamat pengusul, nama contact person.
b. Abstrak : berisi abstrak dari proposal. Bagian ini panjangnya sekitar 300 kata.
c. Daftar Isi : Cantumkan judul dan sub judul dari proposal. (Bagian ini optional, jadi bisa tidak ada)
d. Proposal : bagian ini berisi proposal termasuk tujuan, argumen dampak pada masyarakat dari proyek ini, apa yang akan dikerjakan, siapa yang akan mendapatkan keuntungan dari proyek ini dll.
e. Kesimpulan : berisi apa yang diminta dari lembaga itu, berapa jumlahnya dan mengapa meminta kepada mereka.
f. Lampiran : berisi rencana anggaran lengkap dengan perinciannya, profil lembaga pengusul, akte notaris pendirian, rencana teknis dari proyek (gambar/grafik dll), rencana waktu pelaksanaan.
Selamat! Anda telah menulis proposal. Tinggal langkah terakhir.

5. Mengemas
Kemaslah proposal dalam bentuk yang menarik, supaya orang berminat untuk membacanya. Jilidlah proposal dengan rapi dan beri cover yang menarik. Kalau proposal ditulis dalam bahasa Inggris: cek spellingnya, pakai kalimat-kalimat pendek, usahakan memakai kalimat aktif (bukan pasif seperti yang sering kita gunakan dalam bahasa Indonesia). Pastikan ada nomer halaman, berikan margin yang cukup pada bagian kiri dan kanan halaman, beri judul dan sub judul dengan font dan style yang konsisten. Usahakan menuliskan proposal dalam bahasa yang dapat dimengerti orang awam dengan cara menghindari menggunakan istilah teknis dan jargon. Istilah-istilah tehnis dapat dipakai dalam lampiran rencana tehnis proyek. (Selesai)

-------------------------------------------------------------------------------------

Koki Baru di Dapur P3H

Perkenalkan, nama saya Dewi Yuliyanti. Baru satu setengah bulan saya berada di kantor P3H, sebagai staf baru membantu kinerja rekan-rekan yang lebih dulu bergulat dengan pekerjaan pelayanan di sini. Tentu ini adalah pengalaman pertama yang sangat membahagiakan sekaligus membuat saya sedikit mengalami ‘culture shock’. Bagaimana tidak, saya belajar banyak hal seputar holisme yang selama ini sangat awam dibicarakan dan mungkin belum dilaksanakan secara maksimal oleh lembaga Kristen manapun termasuk gereja atau persekutuan di mana saya berasal. Wawasan kegerejawian yang masih sempit harus mau tidak mau diperluas untuk bisa mengikuti pola pelayanan di tempat ini.
Bicara tentang kesan pertama, waktu itu awalnya saya membayangkan (mungkin seperti juga dibayangkan para pembaca yang budiman) P3H adalah sebuah bangunan perkantoran megah yang di dalamnya berisi banyak karyawan dengan segala aktivitas kepelayanannya. Terus terang ini begitu saja tertangkap dalam benak saya ketika pertama kali mencari alamatnya. Tetapi, beberapa saat kemudian saya menemukan sebuah rumah yang sederhana berada di tengah-tengah rumah penduduk Jl. Cemara Salatiga! Hampir tidak menampakan ciri-ciri bangunan kantor seperti yang ada dalam pikiran saya.
Namun demikian betapa lebih terkejut lagi, ketika pertama kali saya disambut oleh rekan-rekan kerja baru, “Halo, Dewi ya? Selamat datang. Silakan masuk!,” dengan jelas saya masih teringat sambutan yang diucapkan Monika waktu itu. Begitu juga dengan Pak Iskandar dan Pak Nick Armstrong, mereka sangat antusias menyambut kehadiran saya. “Halo, selamat datang di P3H!”
Sungguh di luar dugaan. Sepi sekali kelihatannya di luar, tetapi ketika masuk di dalamnya, saya merasakan kehangatan rasa kekeluargaan. Saya merasa seperti di ‘rumah’ sendiri. Jika keluar kantor untuk makan siang bersama-sama di warung sebelah, kami langsung bertemu tetangga kanan-kiri, saling menyapa. Ini pun sangat menyenangkan! Berkenalan dengan mitra baru, adalah pengalaman berikutnya yang tak kalah menariknya. Saya berusaha untuk menimba informasi dan pengetahuan dari mitra-mitra baik di kantor maupun mitra lembaga P3H di luar kota.
Awalnya memang saya masih kabur tentang pola pelayanan di sini, tetapi melalui keikutsertaan saya dalam diskusi dan penerangan dari Pak Nick dan Pak Is, sedikit demi sedikit saya memahami visi dan misi P3H. Terus terang saja, baru kali ini saya menemukan lembaga antar gereja-gereja Sinode yang dibentuk untuk sebuah tujuan mulia yakni mengemban tugas panggilan gereja di tengah-tengah masyarakat secara Holistik. Saya menyadari bahwa Allah mengasihi seluruh ciptaan-Nya, untuk itulah kita sebagai umat pilihan-Nya, melanjutkan kasih itu bukan saja untuk diri sendiri melainkan pada seluruh ciptaan juga. Bukan saja pada aspek spiritual, tetapi juga seluruh aspek hidup. Bukan saja berkutat pada kehidupan internal gereja, tetapi juga keluar bagi sesama di luar gereja sekalipun.
Kinerja segelinitir orang di kantor ini saya rasakan sangat enerjik, sekalipun kami bekerja dengan sukarela, tetapi sukacita yang kami rasakan tidak dapat diukur dengan apapun. Saya sangat bersyukur bisa belajar banyak hal.
Akhirnya, dari ‘rumah’ kita ini, saya akan berusaha memberikan yang terbaik bagi kemajuan lembaga dan kerjasama dengan anggota lain demi pelayanan bagi sesama dan seluruh ciptaan lainnya. Terima kasih untuk kepercayaan ini, kiranya Tuhan Yesus, memberikan kekuatan pada saya dan rekan-rekan di sini untuk mengemban tugas pelayanan ini. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan, Raja gereja! (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar